Rabu, 04 Februari 2009

Tolong jangan dibaca

Langit semakin gelap, angin berlari begitu kencang menabrak pepohonan hingga daun-daunnya terjatuh, dingin pun tak ingin kalah, dia bermain dengan riang, mendekati semua orang, hingga nampak semua orang yang di ajak nya untuk bermain menyimpan kedua tangannya di dada mereka.
Di kejauhan nampak seorang kakek duduk terdiam ditemani sebuah kotak di sampingnya,
beliau hanya terduduk, matanya sayu, badannya menahan rasa dingin, sedangkan kotak itu masih setia menemaninya, dari ribuan orang di sana, tak satu orang pun peduli kepadanya, tapi beliau hanya terdiam, duduk dengan sabar.
Tapi, hatiku selalu berkata: "Ayo,,, dekati beliau, apa yang beliau lakukan?"
dorongan itu begitu kuat, aku putuskan untuk menghampiri beliau.
Seyum tulus memancar dari wajahnya, matanya yang sayu meluluhkan hati yang membatu, begitu tulus,
Aku hanya berdiri, tak berucap, tak bergerak, begitu pula kotak yang ada di samping kakek itu,
sejurus kemudian, mataku tertuju pada kotak tersebut,
Aku hanya melihat kotak itu ingin berbicara, namun tak kuasa, hanya tulisan di atas nya yg mewkaili, "Ice Cream Rp.1000",
Aku kembali terdiam, aku tatap kembali wajah sang kakek, beliau kembali melempar senyum tulus nya, diiringi kedipan mata sayu nya,
Aku coba jongkok untuk bisa menatap wajah sang kakek dalam satu garis, namun tetap wajahnya begitu penuh ketulusan, mata sayu-nya seakan membelai wajahku,
Tangan ku kemudian mengambil uang pecahan seribu rupiah dari saku celanaku, tangan ku menyodorkan uang tersebut kepada sang kakek, lalu mulut ku ikut mendukung dan berkata: "Beli satu ya Pa!".
Dengan segera kakek itu membuka kotaknya, kemudian memasukan es krim yang di dalamnya ke corong kecil, secolek demi secolek dengan penuh kelembutan,
Aku masih tatap wajahnya, masih saja wajahnya ditemani ketulusan, masih saja mata sayu nya menemani,,,
Aku, tangan ku, hatiku, bergetar, air mataku berontak, aku, hatiku, mataku menangis.
malam ini terlalu dingin, terlalu dingin untuk seorang kakek untuk menjual es krim,
malam ini terlalu sepi, terlalu sepi untuk seorang kakek dengan penuh ketulusan,
malam ini terlalu picik, terlalu picik untuk seorang kakek yang berjuang, sementara di depannya mereka berfoya-foya, tertawa, berteriak, melempar uangnya,
dan, malam ini sedikit menyadarkan ku, aku, aku dan diriku,
diriku dan dosa ku, dosa ku pada keduanya,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Maaf kan Aku,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,a

1 komentar: